14 Mei '12
Posted By: Yayusaid

SPINNING THE WEBB
Oleh: James White



Bergabung dalam sebuah fragmen terbaru dari sebuah film yang mengeluarkan dua setengah milyar dollar AS dan menampilkan seorang legenda, karakter dari sebuah komik yang dicintai orang banyak dapat menciutkan semangat seseorang, namun menampilkan karakter tersebut dalam sebuah film dan menampilkan seseorang yang dapat mengembalikan kata hero dalam superhero? Dibutuhkan sebuah keberanian untuk melakukannya.


Hal-hal tersebut tidak ada yang memusingkan filmmaker Marc Webb, orang yang dipercaya membawa kembali Spider-Man ke layar lebar lewat THE AMAZING SPIDER-MAN. Dengan tujuan memberikan semua hiburan yang diinginkan oleh semua orang dalam sebuah kisah kepahlawanan, film tersebut menyempurnakan perjalanan melewati alam Marvel yang dimulai semua pecinta film di seluruh dunia musim panas ini lewat THE AVENGERS dan membawa kita semua ke tempat baru yang mengesankan. Film tersebut menawarkan sebuah wajah baru di balik topeng (Andrew Garfield yang sebelumnya bermain dalam THE SOCIAL NETWORK) dan ditulis kembali dari cerita asal si pengayun jaring laba-laba, yang bercerita mengenai sosok Peter yang berjuang menyelidiki menghilangnya orangtuanya dan ‘menangani’ penemuannya, kemampuannya yang seperti laba-laba. Bagi Webb, daya tariknya bukan dari memutarnya dalam lingkup yang lebih besar; ia masih ingin menemukan jantung hati dari film tersebut. “Peter Parker adalah jalur aksesnya. Saya selalu menyukai Spider-Man, tapi saya lebih sebagai fans Peter Parker. Ketika Anda melihat filmnya, saya pikir orang-orang tidak akan mengkhawatirkan perasaan emosional dari film tersebut. Ada sebuah kenaifan dan kelembutan dari Peter Parker. Ia bukanlah seorang milyuner, ia bukan seorang alien, namun ia adalah seorang remaja. Ia memiliki masalah dengan orang-orang yang membesarkannya dan juga dalam bertutur kata dengan perempuan dan hubungan itulah yang ada sepanjang film tersebut. Buat saya komposisi tersebut sangat naluriah. Hal tersebut adalah yang saya suka dari film, terlebih dengan dimensi romantis tersebut. Saya sangat familiar dengan pengalaman dibuat gugup oleh para wanita! Hubungan interpersonal yang dimiliki Peter sangatlah sederhana dan sangat domestik dan itu adalah sebuah dualitas yang sangat menyenangkan untuk dimainkan sehingga sebuah pertunjukan yang masif dapat keluar dari sebuah momen yang sederhana. Dalam cara yang cukup real, ada film indie yang cukup akrab di hati seorang Spider-Man.”


Bagian dari hal tersebut adalah mencari cara untuk merepresentasikan Parker dari segi yang belum pernah dilihat sebelumnya; dari segi seorang pahlawan muda yang berangkat dari masa lalunya yang bermasalah. “Masalah berangkat dari Peter yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Saya berkata kepada diri saya sendiri, ‘bagaimana hal tersebut dapat mengubah cara Anda melihat dunia?’ Dan buat saya hal tersebut memberikan masalah kepercayaan. Ada sarkasme yang muncul dari hal tersebut, selorohan, yang datang dari lukanya – ia menjadi sedikit sadis dan sarkas. Sikap tersebut mungkin dapat dimengerti dan sesuatu yang dapat kita sangkut-pautkan, namun menurut saya hal tersebut datang dari tempat yang cukup murni. Sangat menyenangkan mengeksplor humor yang terdapat di dalamnya, karena datang dari tempat yang jelas, tidak muncul dengan tiba-tiba.”

Webb sangat senang membuatnya dari arah yang berbeda. “Saya ingin melakukan beberapa hal secara berbeda. Saya merasa kita sudah melihat asal mula terbentuknya Spider-Man tapi kita belum pernah melihat asal mula Peter Parker terbentuk. Ada beberapa elemen tertentu dari Spider-Man yang saya merasa wajib untuk menghormatinya. Namun sebenarnya ada beberapa elemen ketika kami menghabiskan banyak waktu mendesain dan membangun urutan di dalam kamera yang kami rekam, seperti saat ia berayun pada rantai untuk membantu membuat sensasi, kenikmatan dan kesenangan, yang selalu menjadi bagian penting.”


Jangan salah – joy dan fun tetap akan menjadi bagian dari film, bersama dengan efek-efek besar yang terjadi di kenyataan yang mencengangkan: hukum gravitasi berlaku, kita berada di dunia tempat Spider-Man dapat mengeluarkan jaring laba-laba, atau mendapati dirinya dalam situasi tidak dapat membelinya. Pemeran-pemeran yang solid membantu hal ini menjadi nyata, dengan jejeran pemain termasuk Martin Sheen (sebagai Ben, paman Peter yang ikonik dan tragis), Sally Field (Tante May), Denis Leary (sebagai kepala polisi George Stacy, yang memburu Spider-Man dan tidak menyukai Peter yang berpacaran dengan anak perempuannya), Emma Stone sebagai Gwen Stacy, cinta pertama Peter; dan Rhys Ifans sebagai Dr. Curt Connors yang, terima kasih kepada eksperimen ilmiah yang tidak berjalan sesuai rencana, berakhir menjadi makhluk pembunuh The Lizard. Makhluk bersisik tersebut menyuguhkan banyak aksi di dalam film, memberikan pertarungan luar biasa yang terjadi di New York dengan pemandangan kotanya yang terkenal. Membawa hal tersebut hidup adalah sebuah tantangan dengan berbagai macam kemungkinan. “Ada banyak unsur yang masuk ke dalamnya,” ujar Webb.


“Ketika kami mengambil gambar tersebut, kami benar-benar merekam seorang manusia yang sangat besar bernama Big John. Secara harafiah ia adalah pria besar bernama John, yang banyak melakukan hal-hal interaktif. Karena ketika Anda berusaha berinteraksi dengan Andrew sebagai Peter, Anda memerlukan seseorang yang dapat menangkapnya melakukan hal-hal tersebut. Kami akan mengantinya dengan computer-generated lizard. Namun pengambilan gambar akan dilakukan dengan Rhys dan kami akan merekamnya dalam sebuah lingkungan yang serupa dan mendapatkan informasi wajahnya untuk digabungkan dengan penampilannya sebagai Lizard itu sendiri. Saya tertarik untuk menemukan sesuatu yang dapat menghubungkan emosi-emosi manusia karena saya ingin Rhys tetap dapat berada dalam makhluk tersebut. Dan untuk komponen fisik – saya ingin membuatnya lebih kuat dan tangguh dibanding Spider-Man.”


Sementara banyak film action baru yang dibuat secara fisik, Webb tidak menghindari budget CG, dan merekam banyak adegan besar dalam format tiga dimensi. Apakah pernah ada sebuah film yang cocok dibuat tiga dimensi? Webb mendapatkan saran dari sang ahli: “James Cameron sangatlah bermurah hati dengan saya. Ia suka bermain dengan depth/kedalaman. Ia ingin Anda melihat kedalaman tersebut. Sepert misalnya, layar tersebut adalah sebuah jendela dan semua yang kamu lihat ada di belakangnya. Itulah yang menyenangkan dari hal tersebut. Hutan Avatar adalah contoh yang cukup bagus mengenai hal itu. Saya suka memaksa tiga dimensi sedikit lebih jauh lagi sehingga ia akan muncul ke arah Anda. Saya ingat saat saya kecil dan menonton The Creature From The Black Lagoon dengan semua hal yang muncul ke arah diri Anda, atau House of Wax. Ada hal yang menyenangkan dari hal itu dan melihat para penonton dengan anaknya seperti ingin menggapai sesuatu. Ada momen-momen ketika saya ingin memanfaatkannya seperti itu, maka saya membuat filmnya dalam format tiga dimensi. Ini adalah masalah sebuah pemusatan perhatian. Kami memusatkan level layar di belakang Spider-Man sehingga kakinya dapat tetap kelihatan. Lalu kami membuatnya lebih masuk ke dalam fokus sehingga Anda dapat merasakan dengan jelas perasaannya dan mengurangi gerakan yang kurang fokus. Hal tersebut terasa lebih mengena. Itu membantu gagasan sesuatu yang muncul ke arah Anda. Itu bagian lainnya dari membiarkan perasaan bahwa hal tersebut terjadi pada diri Anda.” Sebuah film superhero yang penuh action, perasaan dan keajaiban? Challenge? Accepted!

Pantau segala informasi film dengan http://m.21cineplex.com dari browser ponsel Anda!